Bahan pakan sebagai sumber energi yang paling baik bagi ALPU adalah jagung. Oleh karena itu, bahan utama pakan ALPU adalah jagung (bisa mencapai 50%). Kandungan energi metabolisme (EM) jagung paling tinggi, di antara biji-bijian lainnya, yakni sekitar 3.430 kkal/kg. Jagung juga sebagai sumber asam amino esensial (triptofan) dan sumber pigmen xantofil yang menyebabkan warna kuning pada kaki, kulit, dan kuning telur ayam. Jagung juga mengandung vitamin A dan asam lemak linoleat serta mempunyai supplementary effect dengan tepung ikan dan bungkil kedelai. Dalam pakan ayam ALPU, jagung digunakan umumnya 40—55%. Jagung untuk pakan ternak yang baik adalah jagung kuning atau agak merah karena mengandung karoten (provitamin A). Adapun kelemahan jagung adalah protein dan amino lisinnya rendah. Di Indonesia harga jagung masih agak mahal dan tidak stabil karena masih bersaing dengan kebutuhan untuk konsumsi manusia.
a. Padi dan hasil ikutannya
Padi dan hasil ikutan pengolahannya sangat banyak digunakan dalam proses pembuatan pakan ALPU. Berikut beberapa bahan yang dikenal sebagai penyusuan pakan.
1) Padi. Kandungan EM-nya agak tinggi. Kelemahannya adalah kandungan serat kasarnya sangat tinggi sehingga penggunaan dalam pakan sangat terbatas.
2) Menir. Merupakan bahan limbah hasil dari penggilingan padi (gabah) berupa pecahan beras. Kandungan EM cukup tinggi (2.940—2.990 kkal/kg). Kandungan proteinnya sangat rendah (6,3—8,7%). Menir digunakan sebagai subtitusi sebagian penggunaan jagung jika harganya murah. Jumlahnya terbatas dalam pakan.
3) Bekatul. Sumber vitamin E dan vitamin B. Kelemahannya adalah kandungan EM sangat rendah (1.630 kkal/kg) dan kandungan lemak agak tinggi yang dapat menyebabkan ketengikan. Kandungan proteinnya rendah (10,2—12,9%). Bekatul digunakan dalam jumlah terbatas dalam pakan.
4) Dedak. Merupakan bahan limbah hasil proses pengolahan gabah menjadi beras. Di Indonesia, ketersediannya berlimpah dan harganya murah. Kandungan vitamin B1 dan vitamin E dedak tinggi. Kelemahannya adalah kandungan EM rendah (1.640 kkal/kg). Selain itu, kandungan serat kasar tinggi (12 %) dan kandungan proteinnya rendah. Bahkan, dedak kasar yang masih bercampur dengan kulit padi mengandung serat kasar yang sangat tinggi (25%). Serat kasar tidak dapat dicerna oleh unggas. Dedak digunakan maksimal 30%.
b. Molase (tetes)
Molase adalah bahan hasil ikutan dari proses penggilingan tebu menjadi gula. Molase berwarna cokelat kemerahan. Kandungan EM-nya berkisar 1.960—2.280 kkal/kg. Molase digunakan dalam pakan unggas dengan jumlah yang sangat sedikit.
c. Tepung gaplek (tepung ubi kayu)
Tepung gaplek dibuat dari ubi kayu dengan kandungan EM relatif cukup tinggi (2.970 kkal/kg). Tepung tersebut banyak mengandung pati dan dapat berfungsi sebagai zat perekat (binder) dalam pembuatan pelet. Kelemahannya adalah proteinnya rendah dan kandungan HCN-nya tinggi. Tepung gaplek tidak boleh terlalu banyak dalam pakan dan dapat digunakan sebagai subtitusi sebagian penggunaan jagung.
d. Tepung ubi jalar
Kandungan EM tepung ubi jalar cukup tinggi, tetapi lebih rendah dari jagung. Jika harganya murah, dapat digunakan sebagai subtitusi sebagian penggunaan jagung.
e. Polar
Polar merupakan bahan limbah dari pengolahan gandum. Kandungan EM-nya tergolong rendah (1.140 kkal/kg), protein rendah (11,8%), serat kasar tinggi (11,2%), dan lemak agak rendah (3%). Permasalahannya adalah bahan utamanya (gandum) masih diimpor. Namun, limbahnya polar) dapat diperoleh dari pabrik pengolahan gandum menjadi tepung terigu. Polar dapat digunakan dalam pakan unggas dengan jumlah yang terbatas.
f. Sagu
Kandungan EM sagu agak tinggi (2.630 kkal/kg). Sagu sangat disukai olehALPU, tetapi kadar serat kasar tergolong tinggi. Sagu dapat digunakan sebagai subtitusi sebagian penggunaan jagung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar